KITAKEMANA.net Apartheid merupakan kebijakan supremasi kulit putih yang marak terjadi di benua Afrika satu dasa warsa lalu. Meskipun kebijakan ini sudah lama di hapuskan. Tapi ada yang menarik, ternyata tidak sepenuhnya kebijakan ini hilang dari pemukaan bumi Afrika.
Hal tersebut terjadi di bawah pimpinan pemerintahan komunis Fidel Castro. Sadar akan potensi wisata yang di miliki Negaranya, seperti Old Havana, Varadero dan tempat lainnya, pemerintahan yang di pimpinya menerapkan kebijakan tak tertulis bahwa yang boleh menginap di hotel, menyewa mobil-mobil, dan fasilitas lainya hanyalah warga asing.
![]() | ||
Old Hanana ( pic. Waspadia.blogspot.com) |
Munculnya kebijakan partai komunis pimpinan Fidel Castro di duga juga memicu kebijakan tersirat ini. Dimana di sebutkan dalam Pedoman Kebijakan Ekonomi dan Sosial Untuk Partai dan Revolusi Bab IX poin 235 yang berbunyi “Tujuan mendasar dari sektor ini adalah langsung menangkap mata uang keras dari luar negeri melalui posisi yang kompetitif di pasar pariwisata”.
Tujuan menangkap uang keras dapat di artikan sebagai menerima uang wisatawan asing secara langsung, mengutip dari antaranews.com “Selama ini, hotel dan persewaan kendaraan hanya boleh menerima mata uang asing, bukan peso mata uang Kuba.”
Yang terjadi di sana terjadi adalah masyarakat Kuba merasa menjadi “warga kelas dua” , selama ini warga Kuba sudah di batasi dalam hal pelarangan pembelian barang-barang dasar dari mobil hingga microwave.
Kebijakan tidak populer ini harus di terima oleh Masyarakat Kuba dengan legitimasi pemerintah untuk menjaga ketahan Negara.
“Apartheid pariwisata” ini banyak mendapat tentangan dari aktivis HAM internasional, yang menyebutkan bahwa kebijakan ini mengakibatkan diskriminasi dan seakan-akan membuka luka lama apartheid.
Akan tetapi hal ini sangat mungkin berlaku di negara komunis seperti Kuba.
Runtuhnya Apartheid Pariwisata Kuba
Pada 24 Februari 2008 , Fidel Castro menyerahkan dapuk pimpinan ke adiknya yaitu Raul Castro. Perubahan pimpinan ini berdampak kepada pola kebijakan yang di anut Kuba.
Pelarangan mengimport barang dari negara kapilatis mulai di hapuskan secara perlahan. Kebijakan tidak terkesan kaku lagi, tujuan Raul Castro adalah menjadikan Kuba sebagai Negara sosialis sesungguhnya.
Raul merasa kebijakan kakaknya, malah mengakibatkan Kuba terkungkung dan menjadikan pertumbuhan ekonomi lambat.
Kebijakan pariwisata mulai di perlonggar sejak Maret 2008, Raul mencabut kebijakan tidak tertulis yang membatasi masyarakat Kuba untuk melakukan kegiatan kepariwisataan.
Hal ini juga di sambut positif bagi pelaku pariwisata Kuba, mereka menganggap kebijakan ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Kuba. Efek pariwisata akan semakin memberikan angin segar bagi masyarakat Kuba.
0 komentar:
Posting Komentar