Jumat, 28 Juni 2013

Kabupaten Simuelue Surga Bagi Pencinta Kuliner Ikan Laut

Jumat, 28 Juni 2013 | 21:56 WIB Redaksi: Bandotholic

 Simuelue

KITAKEMANA.NET, Aceh - Kabupaten Simuelue sepertinya tidak asing lagi, karena daerah kepulauan itu tahun 1970 hingga 1980-an sudah dikenal sebagai penghasil cengkeh terbesar di Provinsi Aceh.

Pada waktu itu, seluruh hasil cengkeh dibawa ke Pulau Jawa, karena di daerah itu paling banyak industri rokok kretek.

Namun, sejak harga cengkeh merosot, nama daerah kepulauan tersebut perlahan-lahan menghilang dari ingatan orang, baik di Aceh sendiri maupun masyarakat yang ada di berbagai daerah di Tanah Air.

Masyarakat Simeulue sepertinya kehilangan penghasilan dan putus asa pada waktu itu, karena tidak ada lagi mata pencaharian lain, setelah "mutiara hitam" tidak ada harganya lagi.

Seiring dengan itu, pohon-pohon cengkeh yang sempat menghijaukan daerah itu secara perlahan-lahan mati, karena warga tidak mau lagi merawatnya.

Namun, sejak Kabupaten Simeulue dimekarkan dari Kabupaten Aceh Barat pada 12 Oktober 1999, secara perlahan potensi sumber daya alam mulai terungkap dan digarap, khususnya di sektor perikanan laut.

Sebagai wilayah kepulauan, potensi utama daerah ini paling besar di bidang perikanan. Meskipun pengembangannya masih sangat tradisional, namun hasil laut yang cukup terkenal sekarang ini adalah lobster, selain jenis ikan lainnya.

Lobster merupakan komoditas unggulan, yang tidak dimiliki daerah lainnya di Aceh. Oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Simeulue terus berupaya agar komoditas lobster ini menjadi ekonomi andalan masyarakatnya.

Bahkan Kepala Bappeda Aceh Abubakar Karim merasa yakin bahwa lobster akan menjadi komoditas unggulan daerah Simeulue, karena ikan itu tidak terdapat di perairan laut di daerah manapun.

Oleh karenanya, apabila orang ingin menikmati lobster, maka harus pergi ke Simeulue, katanya.

Setiap tamu atau wisatawan yang datang ke Simeulue, rasanya belum sempurna bila belum mencicipi menu masakan lobster.

Bagi penggemar kuliner makanan laut, daerah ini merupakan surga makanan tersebut. Berbagai jenis lobster dapat ditemukan disini, antara lain lobster mutiara yang merupakan jenis unggulan, dan jenis lobster batu. Kedua jenis lobster ini selalu dicari oleh penggemar makanan seafood, kata Bupati Simeulue Riswan.

Sejumlah objek wisata dan restoran, selalu menyediakan lobster, sehingga ikan jenis udang tersebut menjadi menu utama.

"Kita sudah mewajibkan kepada pengelola restoran baik yang ada di kota maupun di objek wisata untuk selalu menyediakan lobster, sehingga lebih dikenal masyarakat, terutama yang datang ke daerah ini," katanya.

Simeulue merupakan kabupaten yang terletak di Lautan Hindia dengan jarak 105 mil laut dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, atau 85 mil laut dari Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan.

Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 41 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Simeulue dengan luas 199.502 hektare atau 94 persen dari luas keseluruhan kabupaten itu 212.512 ha.

Bupati menyatakan, potensi ikan laut di daerahnya cukup besar, namun belum digarap maksimal oleh nelayan.

Namun demikian, sebagian hasil tangkapan nelayan itu sudah diekspor, tambahnya.

Hasil tangkapan ikan perairan laut Sinabang yang mampu dilakukan nelayan rata-rata per tahun, misalnya lobster sekitar 20 ton, tripang 10 ton, kerapu sulu 200 ton, kerapu macan 300 ton, tuna mata besar 0,43 ton, tenggiri 184 ton, dan cakalang 358 ton.

Promosi Untuk lebih memperkenalkan lobster lebih luas lagi, Pemkab Simeulue yang didukung Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh mengikuti Expo Kuliner Nusantara di gedung JEC Jogjakarta 20-23 Juni 2013.

Pada pameran tersebut, stand Aceh membuat acara khusus dengan menyajikan makanan "Tabaha" yang merupakan khas Simeulue dengan menu utama lobster dan tripang.

Pemkab Simeulue sepertinya mengambil momen itu untuk melakukan promosi potensi perikanan laut seperti lobster dan tripang melalui pameran kuliner di Jogyakarta.

Bupati Simeulue Riswan NS menyatakan, makanan yang dipamerkan pada malam hari di Jogja Expo Center itu berupa lobster dan tripang goreng, masak itek (bebek) puteh, jus buah Rumbia (boeh meuria) dan pisang.


 Lobster


 Mie Lobster

Teripang Goreng

Riswan menyatakan, hidangan makanan untuk pengunjung tersebut selain sebagai penghormatan juga sekaligus untuk promosi bahwa Kabupaten Simeulue miliki potensi lobster dan tripang yang besar.

Pada kesempatan itu, Bupati Riswan menyampaikan apresiasi kepada jajaran Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, karena telah terlibat langsung dalam pameran tersebut, sehingga tidak saja memperkenalkan makanan, tapi juga potensi perikanan daerah.

Bupati berjanji ke depan Pemerintah Simeulue akan menyediakan anggaran khusus untuk mensponsori makanan-makanan khas daerah itu ke berbagai kota yang dianggap memiliki peluang pasar.

Hadir pada acara tersebut Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh Hasanuddin Darjo, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Razali Adami, dan para mahasiswa Aceh di Jogyakarta.

Hasanuddin menyampaikan kebanggaannya, karena makanan "Tabaha" sudah sampai ke Jogyakarta.

"Kita bangga Tabaha sudah sampai ke Jogjakarta, maka dengan itu, perlu kita sama-sama bangga hari ini 'Simeulue untuk Aceh, dari Aceh untuk Indonesia, Indonesi Go International'," ujarnya.

Sementara itu, Razali menyampaikan, promosi begini merupakan suatu hal yang maju dan tentunya akan sangat berpotensi mengangkat isu bahwa Aceh memiliki makanan khas yang standing dengan negara-negara lain.

Untuk itu, ia menyatakan, perlu ada kerja berkelanjutan dalam kampanye makanan dan masakan Aceh hingga ke luar negeri.

2 komentar:

Artikel Terbaru

 
Copyright © 2013. Kitakemana.net - First Blog Portal and Travel News in Indonesia
Website Created by #gembelpacker
Powered by Blogger