Selasa, 06 Agustus 2013

Tradisi Menyambut Lebaran Beberapa Daerah di Indonesia

Selasa, 06 Agustus 2013 | 11:23 WIB Redaksi: Unknown

Pict by bisnisukm.com
KITAKEMANA.net -  Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Oleh karena itu kita bisa menemukan berbagai macam hal unik seperti pakaian tradisional, makanan, sampai kebiasaan menyambut hari besar keagamaan.

Lebaran tidak hanya bersilaturahmi, bermaaf-maafan dan makan ketupat saja. Banyak hal unik yang bisa kita lihat diberbagai daerah di Indonesia. Dari bakar batok kelapa sampai memasang lentera di sekeliling rumah dilakukan beberapa masyarakat Indonesia untuk menyambut hari besar Islam ini.

Ingin tahu keunikan apa saja yang dilakukan masyrakat Indonesia saat menyambut Lebaran? Berikut beberapa daerah yang mempunyai kebiasan unik tersebut:

  • Bengkulu. Kota yang terletak di Sumatera Barat ini mempunyai tradisi unik untuk menyambut Lebaran. Masyarakat Bengkulu memilik tradisi “Bakar Gunung Api”.Tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Bengkulu ini sudah dilakakuan secara turun temurun selama beratus tahun lho guys. Tradisi ini biasanya dilakukan di halaman rumah saat malam takbiran atau setelah sholat Isya. Dalam ritualnya batok kelapa disusun seperti tusuk sate sehingga bentuknya menjadi tinggi menjulang kemudian setelah itu batok kelapa dibakar. Batok kelapa ini menadi simbol ucapan syukur kepada Tuhan dan juga doa untuk arwah keluarga.
  • Dompu, Nusa Tenggara Barat. Di Dompu kebiasan uniknya adalah tradisi membakar ilo senggari atau lentera. Lentera tersebut dibuat dari bambu dan dililit minyak. Kemudian lentera ini dipasang disekeliling rumah. Tradisi ini dipercaya penduduk setempat bisa mendatangkan malaikat dan roh leluhur untuk memberikan berkah di hari Idul Fitri.
  • Papua. Lain daerah lain juga kegiatan dalam menjalankan tradisi silaturahmi. Di daerah pulau Jawa biasanya orang hanya bersalam-salaman sambil meminta maaf. Namun, lain halnya dengan di daerah timur Indonesia atau daerah Papua. Untuk urusan bermaaf-maafan harus dengan datang ke rumah yang bersangkutan. Tidak hanya sekedar berkunjung tapi harus mau menyantap hidangan khas lebaran yang telah disediakan. Suatu hal yang tidak sopan jika menolak hidangan dari tuan rumah.
  • Lombok, Nusa Tenggara Barat, Para suku Sasak memiliki tradisi yang disebut Lebaran Topat. Tradisi ini baru dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri. Saat itu, masyarakat suku Sasak akan saling bersilahturahmi dan berziarah.Tidak hanya itu, di Pura Lingsar yang berlokasi di Lombok Barat terdapat tradisi unik yaitu Perang Topat. Masyarakat sekitar pura akan saling melempar ketupat. Mereka percaya dengan melakukan ritual tersebut, Tuhan akan mengabulkan doa mereka.
  • Pontianak. Ibu kota Kalimatan Barat ini mempunyai tradisi unik yang bernama Festival Meriam Karbit. Meriam karbit merupakan meriam besar dengan diameter lebih dari 30 sentimeter. Meriam tersebut dipasang di tepian Sungai Kapuas. Saat meriam dinyalakan, suara dentuman keras akan terdengar. Awalnya, meriam tersebut dibunyikan untuk mengusir kuntilanak. Kini, meriam itu dibunyikan untuk menyambut Idul Fitri
  • Yogyakarta. Grebeg Syawal merupakan sebuah ritual Keraton Yogyakarta dalam memperingati Idul Fitri yang dilangsukan tepat pada 1 Syawal. Masyarakat setempat percaya, Gunungan Grebeg membawa berkah dan ketenteraman. Upacara tersebut diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.
  • Bali. Walaupun mayoritas penduduk Bali beragama Hindhu, namun masyarakat Bali yang beragama muslim tetap mempunyai tradisi. Tradisi tersebut merupakan tradisi makan-makan yang dikenal dengan “nyama Selam”. Nyama selam mempunyai arti saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas Hindu kepada kerabat yang beragama Islam. Salah satu tradisi yang dilakukan nyama Selam adalah “ngejot” yang sudah berlangsung secara turun temurun. Tradisi ini juga menyiratkan keindahan toleransi beragama. Menjelang Idul Fitri, warga Muslim akan melakukan “ngejot” atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya tidak peduli apapun agamanya. Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali. Biasanya, umat Hindu akan memberikan balasan dengan melakukan “ngejot” kepada warga Muslim di hari Nyepi atau Galungan

Sumber, fajarsumatra.com

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

 
Copyright © 2013. Kitakemana.net - First Blog Portal and Travel News in Indonesia
Website Created by #gembelpacker
Powered by Blogger