WONOGIRI, kitakemana.net . Kekayaan budaya Indonesia merupakan salah satu modal berharga bagi pariwisata Indonesia. Apabila kitakemana.net sudah membahas keindahan alam di Air terjun Girimanik, kali ini kita di ajak mengenali budaya asli berwujud ritual di Desa Setren. Upacara adat tradisional “Susuk Wangan” di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, dilakukan setiap tahun yaitu pada Hari Sabtu Kliwon Bulan Besar (Tahun Jawa). Bila dicermati dan direfleksikan secara mendalam (’tandesing bathin’- Bahasa Jawa), kegiatan tersebut betul-betul merupakan integrasi acara kebangkitan budaya, sosial, ritual-spiritual, pembangunan semangat pemberdayaan kebersamaan kegotong-royongan masyarakat yang luar biasa. Menurut dr. JB. Soebroto (2008), kegiatan semacam itu adalah betul-betul merupakan bentuk konkrit aktualisasi getaran jati diri manusia yang sangat menyentuh sanubari ajaran adiluhung “Eling Sangkan Paraning Dumadi, Manunggaling Kawula Gusti, Memayu Hayuning Bawana“. Hal ini dapat direfleksikan lewat pengamatan acara adat tradisional “Susuk Wangan” yang dilaksanakan di Desa Setren, Kec. Slogohimo setiap tahun sekali
“Susuk Wangan” yang dilakukan pada Hari Sabtu Kliwon, Bulan Besar (Tahun Jawa)
Cerita ini sudah sejak jaman nenek moyang, sebuah desa yang di dekat gunung yaitu Desa Setren, konon ada sebuah adat istiadat yang sangat langka berupa acara adat tradisional bernama “Susuk Wangan” (Bahasa Jawa). Pada jaman dahulu acara tersebut hanya sebuah kiasan, akan tetapi setelah jaman modern ini dibesarkan menjadi sebuah acara ritual-spiritual yang dihadiri banyak pengunjung.
“Susuk Wangan”, pada jaman dulu kegiatannya adalah sebagai berikut : beberapa orang membawa panggang ayam kampung dan tumpeng yang dibawa ke sumber air, serta disajikan dan mohon doa restu kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hal itu dimaksud agar air yang digunakan warga masyarakat Desa Setren menjadi sangat berarti dan bermanfaat serta berhikmah besar bagi segenap warga masyarakat semuanya. Oleh karena itu, warga masyarakat dan para pengunjung berdoa bersama di dekat sumber air tersebut. Demikianlah pelaksanaan acara adat “Susuk Wangan” di jaman dahulu, tidak hanya ditujukan pada sumber air bersih (air minum), tetapi juga diarahkan pada sumber air yang bermanfaat untuk mengaliri sawah-sawah. Oleh karena itu, para pemilik sawah juga membawa panggang ayam kampung dan tumpeng ke sumber air tersebut di atas.
Acara adat tradisional “Susuk Wangan” sekarang ini mampu menghadirkan wisatawan. Upacara adat tersebut dilaksanakan oleh warga masyarakat desa setempat yang didukung oleh Pemerintah Kab. Wonogiri. Dengan adanya acara ritual “Susuk Wangan” tersebut menjadikan warga masyarakat Desa Setren bertambah lebih bersemangat dan lebih percaya diri serta meyakini bahwa Desa Setren mempunyai potensi alam yang luar biasa. Terlihat indah karena Desa Setren mempunyai kondisi alam yang masih asli (virgin), utuh, banyak tanaman langka (flora), banyak marga satwa yang perlu dilestarikan (misal: Burung Elang dan Kera Ekor Panjang). Beriklim sejuk, karena udara bersih masih alami di ketinggian kurang lebih 1.500 m dpl (diatas permukaan laut). Keadaan airnya bersih dan jernih, belum tercemar oleh zat polutan.
Makna Sesajen Berupa Hasil Bumi
Dalam prosesi susuk wangan ada sesembahan berupa hasil bumi, disini saya akan mencari maksud yang tertuang mengapa hasil bumi digunakan dalam prosesi ini dan apa filosofinya (berdasarkan wawancara Bapak Pranoto selaku Kuncen Girimanik). Beberapa hasil bumi yang di gunakan untuk prosesi susuk wangan :
Ø Tomat
Memiliki fiosofi : pada dasarnya tomot adalah buah yang jujur, saat kulit luarnya berwarna merah, dalamnya akan berwarna merah dan bila kulit luarnya berwarna hijau dalamnya akan berwarna hijau. Ini di ibaratkan seperti manusia, yang harus memiliki sifat jujur luar dalam.
Ø Jagung
Jagung pada dasarnya memiliki biji yang banyak, bila di ibaratkan dengan manusia, kita selalu dianjurkan untuk berbagi dengan sesama. Bila kita menebar bibit jagung yang baik, maka akan tumbuh juga jagung yang baik, sama hanya apabila kita menebarkan bibit yang buruk kan memperoleh jagung yang buruk. Seperti halnya manusia apabila kita menebarkan keburukan maka kita akan mendapat keburukan, sebaliknya bila kita berbuat baik pada orang lain maka kita akan mendapatkan kebaikan.
Ø Terong
(kuncen Pak Pranoto tidak mengetahui tentang maksudnya)
Ø Wortel
(kuncen Pak Pranoto tidak mengetahui tentang maksudnya)
Ø Kacang panjang
Kacang panjang memiliki ukuran yang memanjang, ini memiliki arti bahwa pemikiran manusia harus panjang dan inovatif. Selain mengharapkan panjang umur bagi manusia.
Ø Daun pandan
Daun pandan memiliki sifat harum, dan tidak berubah harumnya dari muda sampai tua. Ini di ibaratkan manusia yang harus bersifat baik dari muda sampai tua.
Hasil bumi yang terdapat diatas, diambil dari hasil bumi Desa Setren, Slogohimo, yang di pilih buah dan sayuran yang terbaik. Setelah itu buah-buahan di susun mirip dengan gunungan di acara-acara Grebeg. Setelah itu sesembahan ini akan di arak dari balai desa menuju air terjun yang di pinggul oleh pemuda asli desa Setren yang menggunakan pakaian Oranye berjumlah 6 orang, setelah itu sesembahan ini akan di doakan sebelum di bagikan atau menjdai rebutan para warga yang percaya bila mendapatkan sesembahan ini akan mendapat keberuntungan.
Maksud dari penggunaan hasil bumi ini adalah keterkaitan antara manusia dan alam semesta, bumi sebagai sumber kehidupan manusia dan manusia yang kodratnya sebagai khalifah di dunia ini,
Pemilihan hasil bumi ini menunjugakan bahwa manusia harus menjaga alam sebagai sember kehidupan manusia, dengan filosofi-filosifi diatas menggambarkan bagaimana manusia harus bertindak sesuai dengan kodratnya.
0 komentar:
Posting Komentar