![]() |
sunrise dari view point pananjakan 1 |
Depok, KitaKemana.net - Januari lalu saya sempat nge trip
ke beberapa kota di Indonesia. Dengan 3 personiel awal, Surabaya menjadi
meeting point kami bertiga.
Day 1
Tanggal 27 Januari 2013, kami semua tiba di Surabaya. Saya
dan teman saya yang perempuan, Lady, tiba di Juanda Airport sekitar pukul 09.00
pagi waktu indonesia bagian Surabaya. Kami beda pesawat, saya naik Air Asia
dengan harga tiket Rp 99.000, sementara Lady naik Citilink dengan harga Rp
260.000. Salah satu teman kami yang laki-laki, Fachri, sudah lebih dulu tiba di
Surabaya sekitar pukul 03.00 dini hari, karena dia berangkat dengan KA
Kertajaya economy class harga Rp 33.500. Sesuai dengan instruksinya, maka saya
& Lady pun menuju terminal purabaya atau yang biasa disebut terminal
bungurasih dengan damri seharga Rp 15.000/orang.
Sesampainya saya & Lady di terminal bungurasih, kami
bertiga pun makan siang di terminal itu. Soto surabaya seharga Rp 7.000/porsi.
Saya pikir enak, karena makan soto surabaya tepat di kota Surabaya nya. Tapi
ternyata.... Dan terbilang mahal juga saya rasa. Setelah makan soto, kami
langsung menuju Probolinggo, karena destinasi berikutnya adalah menuju Bromo.
Horeee!!!
Bus akas yang kami naiki dengan ongkos Rp 16.000/orang,
membawa kami menuju Probolinggo. Perjalanan selama kurang lebih 2 jam,
melewati kota Sidoarjo, untuk pertama kalinya, saya melintasi desa Porong di
kota Sidoarjo. Beberapa tahun silam, saya hanya bisa menyaksikan tenggelamnya
desa Porong akibat lumpur itu dari TV saja. Seiring dengan berjalannya waktu,
desa Porong dijadikan “wisata lumpur lapindo”. Tapi sayang, kami ga bisa
berhenti tepat di wisata lumpur tersebut.
Sampai di Probolinggo sekitar pukul 15.00, kami langsung
menuju bison (mobil seukuran elf) yang akan membawa kami menuju desa Cemoro
Lawang, desa yang tepat berada di kaki gunung Bromo. Ongkos naik bison Rp 30.000/orang.
Oiya, sedikit tips, jangan lupa untuk make a deal sama supir bison itu untuk
perjalanan kembali dari desa Cemoro Lawang menuju ke terminal Bayu Angga,
Probolinggo. Tarif yang biasa ditawarkan kisaran Rp 20.000 s/d Rp 25.000 untuk
1 orang 1 kali jalan. Kami dapat harga lebih mahal karena bison tak kunjung
penuh berisi 15 orang sampai sore. Akhirnya kami beserta para penumpang bison
lainnya memutuskan untuk lanjut saja walaupun si supir bison menawarkan harga
jadi Rp 30.000.
Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan oleh pemandangan yang
luar biasa indah. Makin mendekati gunung, makin bagus pemandangan di kanan kiri
kami. Perjalanan yang kami tempuh menuju desa Cemoro Lawang itu 2 jam. Dengan
supir bison yang seperti pembalap F1.
Kurang lebih sekitar pukul 18.00 waktu indonesia bagian
bromo, kami tiba di desa Cemoro Lawang. Kami menginap di sebuah homestay seharga
Rp 150.000/kamar/malam untuk kami bertiga. Tak ada fasilitas apa-apa dalam
kamar, hanya ada kasur beserta perlengkapannya. Kamar mandi pun di luar,
sharing dengan penghuni homestay lainnya. Namun nyaman nya adalah dalam kamar
mandi itu ada hot-cold water nya. Lumayan.
Setelah mandi, kami ngobrol di kamar, makan malam, kemudian
make a deal sama supir jeep yang akan membawa kami menuju Bromo dan sekitarnya.
Tawaran harga saat itu deal di harga Rp 400.000, itu sampai view point
pananjakan 1 dan kawah gunung Bromo.
Day 2
Kami dijemput oleh supir jeep pada pukul 03.00 dini hari
waktu indonesia bagian gunung bromo. Tanpa mandi, kami bergegas masuk ke jeep. Syukron
duduk di kursi depan, menemani sang supir. Saya, Lady, Fachri, dan Mila di
kursi belakang. 1 jeep maksimal isinya 6 orang, 2 di depan, sisanya 4 di kursi belakang.
Menyususri jeep di padang pasir saat hari mulai gelap, itu
amazing rasanya. Saya sampai terkagum-kagum ketika kami mulai menaiki view
point pananjakan 1. Jalan yang kami lalui tak terlalu lebar, terus berkelok
tajam, dan berbatasan dengan tebing, namun sisi lain dari itu semua ada
pemandangan luar biasa yang disuguhkan Sang Pencipta pada kami. Seperti negri
di atas awan, luar biasa.
Sesampainya di pananjakan, kami ngopi di sebuah warung
bernama “Cafe Good Morning”. Berfoto berlima, kemudian menuju view point. Mencari-cari
beberapa posisi yang pas untuk berfoto dengan background Gunung Bromo. Sunrise nya
keren banget! Foto-foto pun tak terelakan. Dengan bermodal samsung galaxy nya
Fachri dan camdig nya Mila, kami berpose dengan bermacam gaya.
![]() |
atas : saya - fachri. bawah : mila - syukron |
![]() |
ngopi dan makan pisang goreng di cafe Good Morning |
Puas berfoto, kami menuju lautan pasir, dimana pada ujungnya
terdapat kawah Gunung Bromo. Untuk mencapai kawah itu, kami harus jalan kaki. Banyak
sewaan kuda, harganya bekisar Rp 20.000, tapi saya dan yang lainnya memilih
berjalan kaki untuk sampai kawah. Lebih terasa “jalan-jalannya” dari pada
menunggang kuda.
Beberapa kali kami beristirahat untuk minum dan mengatur
napas. Mila yang memang punya asma, menyerah akhirnya. Dia menyewa kuda sampai
pinggir tangga menuju kawah. Menaiki tangga, napas saya sudah
setengah-setengah. Tapi Fachri terus menarik tangan saya hingga kami mencapai
puncak kawah lebih dulu dibandingkan teman-teman lainnya. Disusul Lady di
urutan kedua, kemudian Syukron dan Mila yang sampai terakhir.
Di puncak kawah pun kami makin menggila untuk berpose. Beberapa
wisman memandangi kami sambil cekikikan.
![]() |
fisy eye dari camdig mila |
![]() |
ala kungfu |
Puas berfoto ala ala kungfu di puncak kawah, kami kembali
turun menuju jeep. Fachri bernego dengan supir jeep untuk juga membawa kami
menuju bukit teletubbies dan pasir berbisik. Nego kali ini agak alot dibandingkan
semalam. Akhirnya kami setuju di dengan penambahan biaya sebesar Rp
125.000/jeep.
Jalan menuju bukit teletubbies dan pasir berbisik itu
menurun dan berkelok. Kali ini saya dan Fachri yang duduk di jok depan. Walaupun
jalanan berkelok, namun sang driver tak menurunkan sedikit kecepatan jeep nya. Kami
seperti mafia yang mendapat sanderaan dan dikejar-kejar sama polisi. Haha...
lebaiy.
Benar-benar seperti bukit di serial anak-anak, teletubbies,
luar biasa indah. Kami kembali berfoto-foto, kali ini foto ala levitasi. Syukron
yang paling menarik, sarungnya Fachri dipakainya untuk berbagai macam gaya. Justru
lebih terlihat seperti akamsi alias anak kampung sini (bahasa Syukron dan
Fachri). Haha...
Ketika sedang asyik berfoto-foto, ada seorang crew
mendatangi kami. Ternyata itu crew TVRI yang sedang shooting ala jelajah. Kami di
shoot untuk episode kala itu.
![]() |
![]() |
berlatar belakang bukit teletubbies |
Lanjut menuju pasir berbisik, yang juga merupakan tempat
shooting film “Pasir Berbisik” yang dibintangi oleh Christine Hakim, Dian
Sastrowardoyo, dan Slamet Rahardjo. Saya membuat video dan lagi-lagi kami
berfoto.
Di kejauhan, nampak sekawanan motor trail. Imajinasi saya
mulai bergentayangan, saya yakin, pasti lebih seru kalau petualangan kita kala
itu dengan motor trail, ala ala peperangan di film scorpion king versi modern,
bukan pake kuda tapi pake motor trail. Haha, ngaco. Ok skip.
Tiba kembali ke homestay sekitar pukul 10.00 pagi, kami
cari sarapan terlebih dahulu. Setelah itu berkemas untuk meninggalkan homestay
(sekitar pukul 12.00), karena bison kami sudah menunggu untuk mengantarkan kami
kembali ke terminal Bayu Angga, Probolinggo, untuk selanjutnya menuju trip kami
berikutnya.
![]() |
personiel genk ala ala |
0 komentar:
Posting Komentar