Jum'at, 30 Mei 2025 | 22:49 WIB

Kamis, 04 Juli 2013

Berkuliner Gudheg di Jl. Wijilan, Yogyakarta

Kamis, 04 Juli 2013 | 13:09 WIB Redaksi: Unknown

Menyebut gudheg, pasti ingatan kita langsung tertuju pada sebuah kota, Yogyakarta. Ya, Yogyakarta memang dikenal juga sebagai kota gudeg, selain tentunya juga terkenal sebagai kota pelajar. Gudheg merupakan makanan khas berbahan dasar nangka, atau yang biasa disebut “ghori” dalam bahasa jawa. Ghori tersebut dimasak dengan campuran santan dan biasanya disajikan bersama dengan nasi, ayam kampung, telur ayam, tahu bacem beserta sambal goreng krecek. tak lupa minum nya, teh poci dengan gula batu. Sedap.

Warung gudheg yang berderet di sebelah selatan Plengkung Tarunasura ( Plengkung Wijilan ) ini memiliki sejarah panjang. Ibu Slamet adalah orang pertama yang merintis usaha warung gudheg di tahun 1942. Beberapa tahun kemudian warung gudheg di daerah itu bertambah dua, yakni Warung Gudheg Campur Sari dan Warung Gudheg Ibu Djuwariah yang kemudian dikenal dengan sebutan Gudheg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.

Ketiga warung gudheg tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun. Sayangnya, tahun 1980 an Warung Campur Sari tutup. Baru 13 tahun kemudian muncul satu lagi warung gudheg dengan label Gudheg Ibu Lies. Dan sampai sekarang, warung gudheg yang berjajar di sepanjang jalan Wijilan ini tak kurang dari 10 warung gudheg.

Gudheg-gudheg di jalan Wijilan, mempunyai rasa yang khas dan berbeda dari gudheg-gudheg lainnya. Yakni rasa gudheg yang manis dan kering. Karena cara masaknya yang lama, yaitu nangka muda yang direbus, kemudian setelah mendidih 100 derajat celsius, didiamkan selama 1 hari 1 malam untuk menguapkan kuahnya. Sehingga menjadi kering. Ke khas an lainnya, yaitu gudheg di jalan wijilan ini bisa tahan sampai dengan 3 hari. Karenanya sangat cocok jika dijadikan oleh-oleh bagi sanak family di rumah.

Gudheg-gudheg tersebut dikemas dalam kendi, dimana dalam tiap kendi nya, harga yang ditawarkan cukup bervariasi. Berkisar antar Rp 20.000 sampai dengan Rp 100.000 untuk harga tiap kendi, tergantung ukuran kendi. Selain kendi, pengemasan juga ada dalam bentuk besek ( tempat yang terbuat dari anyaman bambu ).
Sedikit saya share tentang cara pembuatan gudheg. Tapi ini bukan cara pembuatan gudheg seperti di jalan wijilan, Yogyakarta. Hanya berbagi pengalaman saja tentang cara pembuatan gudheg seperti yang biasa nenek saya buat. Ditambah lagi dengan sedikit googling. Berikut caranya :

Bahan-bahan :
-       1 kg nangka muda, kemudian dipotong-potong
-       10 butir telur rebus, atau bisa juga dilebihkan
-       1000 ml air kelapa
-       10 lembar daun salam
-       8 iris lengkuas, iris melintang
-       200 gram gula merah, iris halus
-       2000 ml santan kelapa, kurang lebih adalah dengan menghaluskan 1 buah kelapa

Bumbu-bumbu yang dihaluskan :
-       15 siung bawang merah
-       10 siung bawang putih
-       4 sendok teh ketumbar
-       Garam secukupnya

Cara Membuat :

  1. Siapkan panci dengan alas yang tebal, letakkan daun salam di dasar panci sebagai alas, lalu di atasnya letakkan irisan lengkuas atau laos. Kemudian masukkanlah kedalam panci dengan urutan potongan nangka muda, telur yang sudah direbus, gula merah.
  2. Campurkan bumbu yang telah dihaluskan sebelumnya dengan 500 ml air kelapa, aduk hingga rata dan larut lalu tuangkan ke dalam panci.
  3. Tambahkan air kelapa secukupnya, kira-kira permukaan nangka dan telur hingga terendam. Tutuplah panci dengan rapat, masak semua bahan di dalam panci di atas api sedang dan jangan sekali-sekali membuka tutupnya sebelum 2 jam proses pemasakan tersebut. Setelah dimasak selama 2 jam, baru buka tutupnya. Jika airnya sudah berkurang sedikit setelah dimasak, angkatlah terlebih dahulu telurnya dan sisihkan di tempat lain agar tidak hancur.
  4. Masukan santan, aduk-aduk sambil ditekan untuk menghancurkan potongan nangka. Masukkan kembali telur yang tadi sudah dipisahkan. Masukan sampai sedikit agak terkubur ke dalam nangka nya. 
  5. Kemudian masak lagi dengan api kecil sambil diaduk sesekali sampai benar-benar matang, ini membutuhkan waktu selama kira-kira 3 jam atau sampai santan habis terserap dan gudeg udah berwana coklat kemerahan.
  6. Sajikan gudheg dengan sambal goreng krecek, tak lupa nasi beserta tempe bacem nya. Selamat menikmati.

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

 
Copyright © 2013. Kitakemana.net - First Blog Portal and Travel News in Indonesia
Website Created by #gembelpacker
Powered by Blogger